Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu
dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh
siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Adapaun prestasi dapat
diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Prestasi
belajar tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar karena kegiatan belajar
merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Poerwanto (1986:28)
memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang
dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam rapor. Selanjutnya
Winkel (1996:162) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti
keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan
belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Sedangkan menurut S. Nasution
(1996:17) prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan
berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni:
kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang
memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria
tersebut.
Untuk mencapai prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan maka
perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara
lain faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor internal), dan faktor yang
terdiri dari luar siswa (faktor eksternal). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara
lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
1.
Faktor Internal
Faktor
internal
adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang
dapat digolongkan ke dalam faktor internal yaitu kecedersan atau intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
a.
Kecerdasan atau intelegensi
Kecerdasan
adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan
keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya
intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat
perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda
antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia
tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi
merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dala kegiatan kegiatan belajar mengajar.
Menurut
Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan salah satu aspek yang penting, dan sangat
menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai
tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensi ia dapat mencapai
prestasi yang tinggi. Slameto (1995:56) mengatakan bahwa tingkat intelegensi yang tinggi
akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Muhibbin
(1999:135) berpendapat bahwa intelegensi adalah semakin tinggi kemampuan intelegensi
seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya,
semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil
peluangnya untuk meraih sukses.
b.
Bakat
Bakat
adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan
pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto
(1986:28) bahwa bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata
aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu. Kartono
(1995:2) menyatakan bahwa bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan
kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang
nyata. Menurut Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan bakat diartikan sebagai
kemampuan indivedu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya
pendidikan dan latihan.
c. Minat
Minat
adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa
kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang
disertai dengan rasa sayang. Menurut Winkel (1996:24) minat adalah kecenderungan
yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan
merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Selanjutnya Slameto (1995:57) mengemukakan
bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang
disertai dengan rasa sayang. Kemudian Sardiman (1992:76) mengemukakan minat
adalah suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atai arti
sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau
kebutuhan-kebutuhannya sendiri.
d.
Motivasi
Motivasi
dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan
yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai
motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat
ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik
akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar. Nasution (1995:73)
mengatakan motivasi adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Sedangkan Sardiman (1992:77) mengatakan bahwa motivasi adalah
menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.
Dalam
perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu 1) motivasi instrinsik dan
2) motivasi
ekstrinsik. Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari
dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu
pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang
datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut
melakukan kegiatan belajar. Dalam memberikan motivasi seorang guru harus
berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa
kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan
timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk
membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar
dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.
2.
Faktor Eksternal
Faktor
eksternal
adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di
luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga,
lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat
positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995:60)
faktor eksternal yang dapat mempengaruhi belajar adalah keadaan keluarga, keadaan
sekolah dan lingkungan masyarakat.
a.
Keadaan Keluarga
Keluarga
merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan
dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa keluarga adalah lembaga
pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk
pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan
dunia. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan
seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk
belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong
dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. Hasbullah (1994:46)
mengatakan keluarga
merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak
pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam
keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan
akhlak dan pandangan hidup keagamaan.
Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.
b.
Keadaan Sekolah
Sekolah
merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik
dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi
cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan
kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi
hasil-hasil belajarnya. Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan guru dituntut untuk menguasai
bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam
mengajar. Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran
yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.
c.
Lingkungan Masyarakat
Selain orang tua,
lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya
terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena
lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi
anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan
lingkungan dimana anak itu berada. Kartono (1995:5) berpendapatLingkungan masyarakat
dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya.
Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak
akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di
sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan
anakpun dapat terpengaruh pula.
sumbernya mana ini an?
ReplyDeletesumbernya mana ini an?
ReplyDelete